TARI PENTUL MELIKAN
Tarian
ini ditarikan dengan memakai topeng kayu yang melambangkan watak manusia yang
berbeda-beda namun tetap bersatu dalam kerja. Topeng ini dipengaruhi Jaman
Kerajaan Kediri dan masa kini. Iringan gamelan sedikit mendapat pengaruh Reog
Ponorogo.
Tari ini digarap atau diciptakan pada tahun 1952 oleh Bapak Munajah di Desa Melikan Kelurahan Tempuran, Kecamatan Paron, Kebudayaan Ngawi. Diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah membangun sekolah desa itu. Perkembangan selanjutnya pementasan diadakan untuk memperingati hari-hari besar nasional dan hari besar islam penduduk setempat. Gerak-gerak tarian melambangkan menyembah pada Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaian. Digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran.
Tari ini digarap atau diciptakan pada tahun 1952 oleh Bapak Munajah di Desa Melikan Kelurahan Tempuran, Kecamatan Paron, Kebudayaan Ngawi. Diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah membangun sekolah desa itu. Perkembangan selanjutnya pementasan diadakan untuk memperingati hari-hari besar nasional dan hari besar islam penduduk setempat. Gerak-gerak tarian melambangkan menyembah pada Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaian. Digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran.
TARI BEDOYO SRIGATI
Tari
Bedoyo Srigati ini adalah tarian sakral yang biasanya menjadi tarian upacara
adat pada waktu Ganti Langse di obyek wisata spiritual Pesanggrahan Srigati .
Tarian Ini ditarikan oleh paling sedikit 10 penari yang semua harus masih
gadis. Saat ini Tari Budoyo Srigati juga biasa ditampilkan pada saat ada jamuan
tamu yang berkunjung di Ngawi. Ditarikan oleh para gadis cantik dengan pakaian
tradisional yang indah dan gerak yang lembut, Budoyo Srigati sangat menarik
untuk ditonton.
KEDUK BEDJI
Upacara Keduk Bedji merupakan salah
satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak jaman dulu.
Tujuan utamanya adalah mengeduk atau membersihkan Sumber Beji dari kotoran.
Karena di sumber inilah letak kehidupan penduduk Tawun. Menurut masyarakat sekitar,
Keduk Bedji harus dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon setelah panen di bulan
Oktober. Inti dari ritual ini, terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi
di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang
terdapat di dalam sumber.
Ritual ini berawal dari pengedukkan atau pembersihan kotoran di dalam sumber Beji. Seluruh pemuda desa terjun ke air sumber untuk mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori kolam dalam setahun terakhir. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan penyilepan kendi ke dalam pusat sumber. Setelah itu, penyiraman air legen ke dalam sumber Beji dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber. Selama penyeberangan sesaji, para pemuda yang berada di sekitar sumber Beji berjoged dan melakukan ritual saling gepuk (pukul) dengan diringi gending Jawa. Ritual tahunan ini diakhiri dengan makan bersama Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk "ngalub" (meraih) berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah dan keberuntungan bagi kehidupannya kelak.
BATIK KHAS NGAWI
Batik
merupakan salah satu warisan dari kebudayaan asli Indonesia Dewasa ini.
Pemerintah baru-baru ini giat mengkampanyekan memakai pakaian batik sebagai
identitas nasional. Salah satu industri rumah tangga yang sedang berkembang di
dua Kecamatan yaitu di Desa Munggut Kecamatan Padas dan Desa Banyu Biru
kecamatan Ngrambe.Batik motif Ngawi ini dibuat dengan teknologi batik tulis.
Dengan mengusung ciri khas Ngawi, yaitu padi, bambu dan manusia purba (palu
purba), kain ini didesain dengan sangat teliti. Efek rentesan pada setiap
konturnya membuat proses batik tulis ini cukup lama. Oleh karena itu kain batik
tulis ini dijual dengan harga yang pantas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar